Fidya FR Faraid Dapat Gelar Tun Fatimah Dari DMDI
- calendar_month Rab, 29 Okt 2025
- visibility 162
- comment 0 komentar

Fidya FR Faraid menerima piagam anugerah kehormatan dari DMDI (foto;ist)
AMBON.-DEMAL;Sejarah perlawanan melawan penjahahan Portugis mencatatkan nama Tun Fatimah raja perempuan pertama kerajaan Melaka yang ikut turun ke medan perang, mengangkat senjata bersama panglima-panglima perempuan Melayu Melaka lainnya.
Selain gagah berani di medan perang, Tun Fatimah juga dikenal sebagai Srikandi Melayu yang cerdas, dan berdedikasi bagi bangsanya. Nama besar dan keteladanannya ini kemudian menjadi simbol kemuliaan bagi perempuan Melayu.
Dalam convention Organisasi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) ke 23 yang berlangsung di Hotel Borobudur Jakarta, gelar Tun Fatimah kemudian diberikan kepada salah satu srikandi asal Maluku Fidya FR Faraid.
Penganugrahan Tun Fatimah kepada Fidya FR yang kini aktif mengadvokasi isu-isu perempuan Indonesia melalui Partai Golkar, diserahkan secara langsung oleh Presiden DMDI, TYT Tun Seri Setia Dr. Mohd Ali bin Mohd Rustam, dihadapan perwakilan dari 23 negara Melayu dunia. Jumat 24 Oktober 2025.
Selain gelar Tun Fatimah kepada Fidya FR Faraid, DMDI juga memberi penghargaan bergengsi lain kepada sejumlah tokoh nasional, seperti Saiful Muzani Ketua MPR-RI. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Ketua TP-PKK Kabupaten Langkat dan lainnya.

” Alhamdulillah, ini adalah kehormatan bagi seluruh perempuan. Penghargaan ini menjadi semangat untuk kami akan terus berbuat yang terbaik,” kata Fidya dalam keterangannya yang juga mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin DMDI atas dukungan, kolaborasi dalam advokasi isu-isu perempuan dan pemberdayaan perempuan di Tanah Air.
Sementara itu, Presiden DMDI, TYT Tun Seri Setia Dr. Mohd Ali bin Mohd Rustam dalam sambutannya di acara tersebut, menegaskan saat ini terdapat lebih dari 280 juta umat Melayu Islam di dunia yang harus bersatu dalam membangun kemajuan dan perdamaian.
Ia juga menyoroti peran sentral Indonesia sebagai tuan rumah efent tersbut yang menilai Indonesia memiliki posisi sangat strategis dalam menguatkan kembali jaringan Melayu-Islam global.
“Melalui pertemuan ini, kita mengkaji kembali sejarah, budaya, pendidikan, dan ekonomi kita untuk membangun masa depan bersama,” pungkas Presiden DMDI.(*)

Saat ini belum ada komentar